Hallo teman, kembali lagi di blog saya. Pada blog
kali ini, saya ingin membahas mengenai neraca pembayaran internasional dan
sedikit pembahasan mengenai kebijakan utang luar negeri guna mempercepat
pertumbuhan perekonomian. Berikut adalah pembahasannya.
Neraca
pembayaran internasional (balance of payment) adalah
suatu catatan sistematis tentang seluruh transaksi ekonomi antara penduduk
suatu negara dengan negara lainnya pada periode waktu tertenu, biasanya satu
tahun.
Pembangunan suatu
negara memerlukan dana yang relatif besar, namun usaha untuk membiayai
pembangunan tersebut kerap menghadapi kendala. Kendala utama yang terjadi
adalah pembentukan modal yang bersumber dari penerimaan pemerintah maupun dari
masyarakat. Sehingga perlu adanya sumber pembiayaan lain yang dapat memenuhi
kebutuhan modal tersebut, salah satunya adalah melalui utang luar negeri.
Utang
luar negeri merupakan bantuan luar negeri (loan) yang
diberikan oleh pemerintah negara-negara maju atau badan-badan internasional
yang khusus dibentuk untuk memberikan utang semacam itu dengan kewajiban untuk
membayar kembali dan membayar bunga utang tersebut (Zulkarnain, 1996). Seiring
dengan berjalannya waktu, sumber pembiayaan dari luar negeri dianggap sebagai alternatif
paling tepat dan mudah dalam membiayai kekurangan modal pembangunan dan
terjaminnya sumber dana tersebut secara kontinyu.
Utang luar negeri
seharusnya digunakan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi di atas
kapasitas pertumbuhan yang normal. Sehingga seharusnya ada dua hal yang perlu
diperhatikan agar penggunaan utang bisa efektif, yaitu penggunaan utang harus
diarahkan untuk membiayai investasi publik dan stok utang tidak boleh melebihi
batas maksimum tetentu. Efektifitas penggunaan utang bisa juga dibahas secara
mikro yang banyak tergantung pada kemampuan pelaksanaan proyek dalam mencapai
sasarannya.
Indonesia, salah satu
negara dunia ketiga, sebelum terjadinya krisis moneter yang menyerang Asia
Tenggara memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Pertumbuhan
ekonomi Indonesia sejak akhir tahun 1970-an selalu positif, serta tingkat
pendapatan per kapita yang relatif rendah, menyebabkan target pertumbuhan
ekonomi yang relatif tinggi tersebut tidak cukup dibiayai dengan modal sendiri,
tetapi harus ditunjang dengan menggunakan bantuan modal asing.
Adapun
penyebab Indonesia melakukan bantuan luar negeri atau melaksanakan utang luar
negeri untuk melaksanakan pembangunan secara keseluruhan
yaitu:
1.
Pendapatan per kapita penduduk yang
umumnya relatif rendah, menyebabkan tingkat MPS (marginal propensity to save)
rendah, dan pendapatan pemerintah dari sektor pajak, khususnya penghasilan,
juga rendah.
2. Lemahnya sektor perbankan nasional
menyebabkan dana masyarakat, yang memang terbatas itu, tidak dapat
didayagunakan secara produktif dan efisien untuk menunjang pengembangan usaha
yang produktif.
3. Kurang berkembangnya pasar modal,
menyebabkan tingkat kapitalisasi pasar yang rendah, sehingga banyak perusahaan
yang kesulitan mendapatkan tambahan dana murah dalam berekspansi.
4. Banyaknya dana-dana pembangunan nasional
yang telah dikorupsi oleh pejabat-pejabat setempat untuk keperluan pribadi
Utang luar negeri tentu
saja memberikan dampak secara langsung ataupun tidak terhadap kondisi
perekonomian dan keuangan Indonesia, baik positif maupun negatif. Dampak
positif dari utang luar negeri, yaitu membantu pemerintah Indonesia dalam
menutup defisit anggaran pendapatan dan belanja negara akibat pengeluaran biaya
untuk pembangunan yang cukup besar. Sehingga dapat dikatakan bahwa utang luar
negeri sangat membantu pembangunan negara Indonesia. Namun, di sisi lain, dampak
negatif yang ditimbulkan juga tidak kalah besarnya. Semakin besarnya utang luar
negeri, semakin memberatkan APBN negara, karena utang tersebut harus dibayarkan
beserta bunganya melalui APBN, yang merupakan tanggung jawab para wajib pajak
juga. Dalam jangka panjang, pembayaran utang luar negeri ini dapat mengurangi
tingkat kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia masa mendatang.
Utang luar negeri
memang sangat membantu sebagai sumber pembiayaan pembangunan di negara-negara
dunia ketiga, termasuk Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkam kemakmuran
dan kesejahteraan rakyat. Namun, penggunaan utang luar negeri yang tidak tepat
dan bijaksana, justru akan menyebabkan ketergantungan terhadap utang dan dalam
jangka panjang dapat menjerumuska negara ke dalam utang yang berkepanjangan
yang dapat membebani masyarakat akan adanya akumulasi utang yang sangat besar.
Kebijakan
Utang Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Indonesia dan Swasta Berdasarkan Utang
Luar Negeri
Kebijakan
hutang merupakan salah satu keputusan pendanaan yang
berasal dari eksternal. Kebijakan hutang ini dilakukan untuk menambah dana
perusahaan yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan.
Penggunaan hutang dapat
meningkatkan risiko perusahaan, karena ketika perusahaan tidak mampu melunasi
hutangnya maka akan terancam likuiditasnya, sehingga manajemen harus mampu
mengambil keputusan yang sesuai dan tepat untuk meminimalisir risiko yang akan ditanggung
oleh perusahaan.
Kebijakan hutang
merupakan tanggung jawab penting manajer. Manajer harus mempertimbangkan
kepentingan -- kepentingan pihak lain yang terlibat dalam kebijakan yang
diambil. Manajemen seharusnya bertindak bedasarkan kepentingan pemilik modal.
Dalam hal ini mengenai tanggung jawab manajemen terhadap pengelolaan pendanaan
yang diserahkan padanya.
Bank Indonesia
mengeluarkan beberapa kebijakan untuk mengatur utang luar negeri. Ada tiga kebijakan yang harus
diperhatikan perusahaan atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam melakukan
pinjaman luar negeri.
1. Kebijakan pertama, pembiayaan dalam
bentuk pinjaman luar atau dalam negeri, portofolio harus pembiayaan ekonomi
produktif.
2. Kebijakan kedua, yaitu manajemen risiko
terhadap sumber pembiayaan utang luar negeri harus prudent. Bank Indonesia telah
mewajibkan perusahaan untuk melakukan hedging
terhadap resiko nilai tukar serta menyediakan likuiditas.
3. Kebijakan ketiga, perusahaan yang
melakukan utang luar negeri tidak overleverage
yang artinya rasio utang dan rating-nya
harus bagus.
Berikut
adalah tabel posisi hutang luar negeri Indonesia menurut kelompok peminjam dari
tahun 2005-2016 berdasarkan kelompok peminjam :
Berdasarkan tabel
posisi hutang luar negeri Indonesia diatas, dapat dilihat bahwa hutang
perusahaan dari tahun 2005-2016 cenderung mengalami peningkatan. Hal ini akan
meningkatkan resiko perusahaan karena jumlah hutang yang terus meningkat. Tabel
tersebut juga menunjukan semakin besar perusahaan, maka akan membutuhkan modal
yang semakin besar juga. Dengan jumlah hutang dari tahun 2005-2016 yang
terus meningkat, dapat disimpulkan bahwa perusahaan lebih tertarik untuk
mendapatkan modal perusahaan dari hutang.
Utang luar negeri
swasta dan pemerintah pada bulan Januari 2017 – November 2018 selalu mengalami
peningkatan yang signifikan. Total utang luar
negeri (ULN) Indonesia pada akhir Januari 2019 tercatat US$383,3
miliar atau melonjak 7,2 persen dari posisi periode sebelumnya. Hal itu diklaim
terpengaruh penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Secara tahunan, ULN
Januari 2019 tumbuh 7,2 persen, relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan
periode sebelumnya. ULN pemerintah pada Januari 2019 sebesar US$187,2 miliar
atau meningkat 3,7 persen dari periode bulan sebelumnya. Hal itu dipengaruhi
arus dana asing di pasar SBN domestik yang menunjukkan kepercayaan investor
meningkat terhadap kondisi ekonomi Indonesia.
Kenaikan posisi ULN
tersebut dianggap memberi kesempatan untuk membiayai belanja negara dan
investasi pemerintah. Sektor-sektor prioritas yang dibiayai melalui ULN
pemerintah antara lain, jasa kesehatan dan kegiatan sosial, sektor konstruksi,
sektor jasa pendidikan, sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan
sosial wajib, serta sektor jasa keuangan dan asuransi.
Di sisi lain, posisi ULN swasta per Januari 2019 meningkat 1,5 miliar dolar AS, atau tumbuh 10,8 persen. Berdasarkan persentase, angka itu melambat dibanding pertumbuhan bulan sebelumnya 11,5 persen. Perlambatan tersebut terutama disebabkan oleh pertumbuhan ULN sektor industri pengolahan dan sektor jasa keuangan dan asuransi yang melambat.
Pertumbuhan
Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir Februari 2019 tetap terkendali
dengan struktur yang sehat. ULN Indonesia pada akhir
Februari 2019 tercatat sebesar 388,7 miliar dolar AS yang terdiri dari utang
pemerintah dan bank sentral sebesar 193,8 miliar dolar AS, serta utang swasta
termasuk BUMN sebesar 194,9 miliar dolar AS. Posisi ULN tersebut naik 4,8
miliar dolar AS dibandingkan dengan posisi pada akhir periode sebelumnya karena
neto transaksi penarikan ULN. Secara tahunan, ULN Indonesia tumbuh 8,8% (yoy)
pada Februari 2019, meningkat dibandingkan dengan 7,2% (yoy) pada bulan
sebelumnya. Peningkatan pertumbuhan ULN tersebut terutama bersumber dari
pertumbuhan ULN pemerintah.
ULN
pemerintah meningkat pada Februari 2019 untuk membiayai sektor-sektor yang
produktif. Posisi ULN pemerintah pada Februari 2019
sebesar 190,8 miliar dolar AS atau tumbuh 7,3% (yoy), meningkat dibandingkan
dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 3,9% (yoy). Pertumbuhan ULN
pemerintah tersebut terutama dipengaruhi oleh arus masuk dana investor asing di
pasar SBN domestik selama Februari 2019, yang menunjukkan peningkatan
kepercayaan investor asing terhadap perekonomian Indonesia. Selain itu, pada
Februari 2019 Pemerintah juga menerbitkan Global Sukuk, untuk mendukung
pembiayaan fiskal dalam kerangka Green Bond dan Green Sukuk. Masuknya aliran
dana ULN kepada Pemerintah memberikan kesempatan lebih besar bagi pembiayaan
belanja negara dan investasi pemerintah. Sektor-sektor prioritas yang dibiayai
melalui ULN pemerintah merupakan sektor-sektor produktif yang mendukung
pertumbuhan ekonomi serta peningkatan kesejahteraan masyarakat antara lain
sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, sektor konstruksi, sektor jasa
pendidikan, sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial
wajib, serta sektor jasa keuangan dan asuransi.
ULN
swasta tumbuh stabil pada Februari 2019. Posisi ULN
swasta pada Februari 2019 sebesar 1,3 miliar dolar AS atau tumbuh sebesar 10,8%
(yoy), relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya.
ULN swasta sebagian besar dimiliki oleh sektor jasa keuangan dan asuransi,
sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas (LGA),
serta sektor pertambangan dan penggalian. Pangsa ULN di keempat sektor tersebut
terhadap total ULN swasta mencapai 74,2%.
Struktur ULN Indonesia
tetap sehat. Kondisi tersebut tercermin antara lain dari rasio ULN
Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tercatat 36,9% pada akhir
Februari 2019, relatif tidak banyak berubah dari bulan sebelumnya dan masih
berada di kisaran rata-rata negara peers. Selain itu berdasarkan jangka
waktunya, struktur ULN Indonesia pada akhir Februari 2019 tetap didominasi oleh
ULN berjangka panjang yang memiliki pangsa 86,3% dari total ULN. Dengan
perkembangan tersebut, meskipun ULN Indonesia mengalami peningkatan, namun
struktur ULN Indonesia tetap sehat. Bank Indonesia dan Pemerintah terus
berkoordinasi untuk memantau perkembangan ULN dan mengoptimalkan perannya dalam
mendukung pembiayaan pembangunan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat
memengaruhi stabilitas perekonomian.
Jika rasionya
meningkat, ini artinya perusahaan dibiayai oleh kreditor (pemberi hutang) dan
bukan dari sumber keuangannya sendiri yang mungkin merupakan trend yang
cukup berbahaya. Pemberi pinjaman dan investor biasanya memilih debt to
equity ratio yang rendah karena kepentingan mereka lebih terlindungi jika
terjadi penurunan bisnis pada perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian,
perusahaan yang memiliki debt to equity ratio atau rasio hutang
terhadap ekuitas yang tinggi mungkin tidak dapat menarik tambahan modal dengan
pinjaman dari pihak lain.
Semoga sharing saya
tentang kebijakan hutang ini dapat dijadikan pertimbangan untuk pembaca semua,
terutama yang memiliki investasi di pasar modal supaya lebih tepat dan bijak
lagi dalam memilih perusahaan yang akan kita investasikan uang kita di
dalamnya.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190315195027-532-377741/utang-luar-negeri-membengkak-72-persen-per-januari-2019
https://www.bi.go.id/id/ruang-media/info-terbaru/Pages/Utang-Luar-Negeri-Indonesia-Januari-2018-Tetap-Terkendali.aspx
https://www.kompasiana.com/ngafit/5bb5fe796ddcae54242bb2c3/kebijakan-hutang-yang-dilakukan-oleh-pemerintah-indonesia-dan-swasta-berdasarkan-hutang-luar-negeri
https://www.beritasatu.com/ekonomi/225505/bi-3-kebijakan-utang-luar-negeri-ini-harus-diperhatikan
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/12/19/utang-luar-negeri-indonesia-pada-oktober-2018-mencapai-rp-5192-triliun
https://www.bi.go.id/id/ruang-media/info-terbaru/Pages/Utang-Luar-Negeri-Indonesia-Februari-2019-Tetap-Terkendali.aspx
https://www.kompasiana.com/anantatk/585743a98523bd6b4f1558ce/peran-utang-luar-negeri-dalam-pembiayaan-pembangunan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar