Minggu, 02 Juni 2019

Kondisi Investasi Di Indonesia Pasca Pemilu 2019


Hallo, kembali lagi di blog saya. Pada blog kali ini, saya ingin membahas mengenai kondisi investasi di Indonesia pasca pemilu 2019, berikut pembahasannya.

Hajatan politik akbar Pemilihan Umum (Pemilu) Serentak 2019 telah digelar pada Rabu 17 April lalu. Masyarakat menyambutnya dengan suka cita, atau lebih tepatnya euforia. Di sejumlah tempat di luar negeri, pemilu yang dilakukan lebih awal diwarnai antusiasme yang luar biasa. Pemilih membeludak, antrean mengular. Beberapa insiden kecil kericuhan dilaporkan terjadi di sejumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) di luar negeri.

Di dalam negeri, euforia publik menyambut pemilu lebih dahsyat lagi. Sehari jelang hari pencoblosan, para perantau mudik ke kampung asal untuk memberikan suara. Terminal, bandara, pelabuhan mengalami lonjakan penumpang. Namun, keriuhan yang sebenarnya justru terjadi di media sosial. Tiga hari masa tenang pascamasa kampanye justru menjadi masa paling panas dalam seluruh tahapan pemilu. 

Perang opini warganet yang sudah terjadi selama kurang lebih empat setengah tahun belakangan menemui titik kulminasinya. Saling serang tidak hanya terjadi antarpara pendukung pasangan calon presiden, namun juga melibatkan "golongan putih" (golput) yang seolah menemukan momentumnya untuk menunjukkan eksistensinya di kancah politik elektoral nasional.


Bagaimana prospek ekonomi Indonesia setelah Pemilu 2019? Meski masih meraba-raba, pemerintah yakin kon­disi perekonomian bakal lebih baik menyusul sukses penyelenggaraan Pemilu 2019. Pelaksanaan pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg) yang berjalan aman tanpa gangguan berarti membuat investor melangkah lebih aman. Meski demikian, tahapan pemilu terutama pilpres, masih menunggu hasil akhir, yakni hitung manual secara berjenjang oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang akan menetapkan siapa yang jadi pemenang. 

Gelagat arah membaiknya perekonomian nasional pascapemilu memang mulai berembus, dimulai dari sukses penyelenggaraan pemilu yang memenuhi ekspektasi pasar. Lalu, diperkuat oleh data neraca perdagangan yang menunjukkan kinerja positif sejak awal bulan. Begitu pun perkembangan kurs rupiah yang telah menguat sekitar 1% antara 1 hingga 23 April lalu. Untuk tahun ini pemerintah menargetkan pertum­buhan ekonomi 5,3% dan sekitar 5,3% hingga 5,6% untuk tahun depan. 

Melihat sejumlah indikator atau gelagat perkembangan ekonomi yang positif sebelum Pemilu 2019, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, wajar merasa optimistis bahwa para investor tidak lagi wait and see menanamkan modal di Indonesia pascapemilu yang berjalan aman. Karena itu, mantan gubernur Bank Indonesia (BI) itu berharap tahapan pemilu yang bakal memuncak pada 22 Mei mendatang atau pengumuman hasil real count KPU bisa berjalan aman, siapa pun kelak yang dikehendaki masyarakat untuk memimpin Indonesia. 

Adapun perkembangan realisasi investasi di Indonesia mencapai Rp721,3 triliun sepanjang tahun lalu. Meski realisasi investasi mencatat kenaikan sekitar 4,1% dibanding periode yang sama 2017, itu belum menembus target realisasi Rp765 triliun. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) realisasi investasi penanaman modal asing (PMA) 2018 tercatat sebesar Rp392,7 triliun atau turun sekitar 8,8% dibanding periode 2017. 

Sebaliknya, realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) tembus Rp328,6 triliun atau naik 25,3% dibanding periode 2017. Sementara itu, tenaga kerja yang terserap sepanjang 2018 mencapai 960.052 orang, terdiri atas PMDN 469.684 tenaga kerja dan PMA 225.239 tenaga kerja. 

Sejumlah penyebab realisasi investasi tidak memenuhi target, di antaranya kurangnya eksekusi implementasi kebijakan hingga transisi perizinan sistem online single submission (OS). Walau target realisasi investasi tahun lalu tidak terwujud, pihak BKPM optimistis meraih target investasi sebesar Rp792,3 triliun pada tahun ini. Melemahnya realisasi investasi terutama dari PMA tak terlepas dari kondisi perekonomian global, di mana Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve) dan European Central Bank (ECB) memberlakukan pengetatan kebijakan moneter yang menyebabkan arus modal memilih masuk ke negara berkembang. 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang menguat 10-12% ke level 6.800-6.900 pada akhir 2019. Arus modal asing pun akan semakin deras masuk ke bursa.
Dampak pemilu terhadap pasar modal tahun ini tidak sekuat pemilu-pemilu sebelumnya yang dilaksanakan sejak era reformasi. Hal ini disebabkan oleh berakhirnya era super commodity booming yang memicu defisit neraca berjalan selama lima tahun terakhir. Ketika harga komoditas melonjak, Indonesia meraup devisa yang melimpah dari hasil ekspor komoditas sehingga menopang surplus neraca berjalan. Hasil penjualan komoditas ini juga memperkuat daya beli masyarakat. Kondisi ini tercermin pada peningkatan uang beredar (M1) yang kemudian digunakan untuk membeli kendaraan bermotor, properti, semen, dan lain-lain yang berdampak pada peningkatan laba emiten. Tidak mengherankan jika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melambung naik setiap tahun pemilu.



Pemilu kali ini ditandai dengan pelemahan pertumbuhan M1 yang sejalan dengan defisit neraca berjalan yang berisiko membatasi kenaikan IHSG ada lima faktor utama yang dicermati dalam kondisi normal dengan singkatan ELVIS.

Faktor pertama adalah pendapatan (earning) emiten untuk menarik investor masuk ke saham tersebut. Kedua adalah likuiditas (liquidity), khususnya arus modal masuk dari luar negeri. Ketiga adalah faktor valuasi (valuation), misalnya berdasarkan price earning ratio (PER). Keempat, faktor suku bunga (interest rate) terutama suku bunga acuan dari bank sentral. Kelima, faktor sentimen (sentiment) yang diukur berdasarkan angka credit default swap (CDS) Indonesia.

Sentimen menjadi faktor utama di pasar modal, terutama ketika terjadi perubahan drastis kebijakan The Fed yang mengakhiri pengetatan likuiditas dan berakhirnya stimulus pajak Presiden Donald Trump. Dampaknya, arus modal asing kembali masuk ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Sejak awal tahun ini, arus modal asing yang masuk ke pasar obligasi mencapai US$ 6 miliar atau sekitar Rp 84 triliun. Adapun dana asing yang masuk ke pasar saham mencapai Rp 15,21 triliun. Angka CDS yang cenderung menurun juga menunjukkan kepercayaan investor asing bahwa risiko gagal bayar utang Indonesia rendah. Ada peluang Bank Indonesia bakal melonggarkan likuiditas termasuk melalui penurunan suku bunga bila The Fed tidak lagi menaikkan bunga, sementara penyaluran kredit masih belum memuaskan.

Arus Modal Asing Lebih Besar di Pasar Obligasi. Berdasarkan indikator SLIVE, alokasi arus modal asing di pasar surat berharga negara (SBN) akan lebih besar ketimbang di pasar modal. Investor asing memanfaatkan imbal hasil SBN yang relatif tinggi sejalan dengan penurunan imbal hasil treasury bond dan peluang penguatan rupiah hingga akhir tahun. Hal ini akan terwujud jika pemerintah mampu memacu kinerja ekspor manufaktur dan pariwisata sebagai mesin penghasil valas selain komoditas primer. Imbal hasil saham tahun ini sejalan dengan pertumbuhan laba perusahaan sebesar 10-12%. Alhasil, IHSG berpeluang ditutup di level 6.800-6.900 pada akhir 2019. Imbal hasil investasi di saham ini lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi yang diproyeksikan sekitar 3-4%.

Hasil Hitung Cepat Sesuai Ekspektasi Pelaku Pasar Hasil hitung cepat (quick count) yang dilakukan sejumlah lembaga survei menunjukkan pasangan calon (paslon) 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin unggul dari paslon 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Beberapa sekuritas menyebut hasil hitung cepat ini sesuai dengan ekspektasi pasar. Dengan menguasai mayoritas kursi di parlemen, pemerintahan baru akan lebih efektif dan lebih mudah mendapatkan persetujuan dari DPR.

Pasca-pemilu, diprediksi arus modal asing akan semakin kencang masuk ke pasar modal Indonesia. Hingga pertengahan April 2019, Indonesia mencatat arus modal asing terbesar kedua di pasar saham negara-negara berkembang, yakni sebesar US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14 triliun. Ketidakpastian kondisi politik di Indonesia diprediksi berakhir setelah KPU mengumumkan pemenang Pilpres pada 22 Mei mendatang. Indikator lainnya adalah penguatan nilai tukar rupiah sebesar 2,1% sejak awal tahun ini.

Kebijakan The Fed yang mempertahankan suku bunga acuannya akan mendorong arus modal asing masuk sehingga rupiah berpeluang menguat ke level Rp 13.920 per dolar AS pada akhir 2019. Hasil hitung cepat dari sembilan lembaga survei menunjukkan Jokowi unggul atas Prabowo dengan selisih 8,24%-11,2%. Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf mencapai 54,12%-55,6% sedangkan Prabowo-Sandi mencapai 44,4%-45,8%. Pasca pengumuman hitung cepat, Prabowo mendeklarasikan kemenangannya dalam Pilpres 2019 berdasarkan hasil hitung nyata internal dengan 62% suara. Hasil hitung nyata resmi dari KPU yang menjadi penentu akan diumumkan paling lambat pada 22 Mei 2019. Hasil hitung cepat disambut positif oleh para pelaku pasar dengan kenaikan IHSG sebesar 0,4% ke level 6.507,22 poin.

Berlanjutnya pemerintahan Jokowi memberikan kepastian terhadap kebijakan pemerintah di bidang infrastruktur, kesehatan, pendidikan, dan dana bantuan sosial. Kemenangan Jokowi dalam beberapa hasil quick count akan memperkuat level kepercayaan terhadap pasar saham Indonesia, akan semakin banyak dana asing yang masuk dan menarik investor domestik yang semula berhati-hati.

Arus masuk dana asing ke pasar saham dan obligasi akan mendukung penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Prospek defisit neraca berjalan akan membaik dan memperbesar peluang bagi BI untuk memangkas suku bunga acuannya.
Saham-saham yang layak dikoleksi pasca-pemilu adalah saham emiten konstruksi dan semen, seperti:
1.      PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)
2.      PT Waskita Karya Tbk (WSKT)
3.      PT Semen Indonesia Tbk (SMGR).

Saham-saham yang akan terdongkrak menjelang Lebaran adalah :
1.      Saham PT Astra International Tbk (ASII)
2.      PT Indofood CBP Tbk (ICBP)
3.      PT HM Sampoerna Tbk (HMSP).

Adapun saham-saham yang sensitif terhadap suku bunga adalah saham bank dan properti, seperti
1.      PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI)
2.      PT Ciputra Development Tbk (CTRA).

Sementara itu, Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan saham emiten retail, perbankan, dan konstruksi. Saham-saham yang menjadi pilihannya adalah :
1.      PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS)
2.      PT Ace Hardware Tbk (ACES)
3.      BBNI
4.      PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)
5.      PT PP Tbk (PTPP)
6.      dan WIKA

Bagaimana dengan aliran modal asing? Pihak BI mencatat kecenderungan aliran modal asing terus meningkat. Sepanjang triwulan pertama 2019, data bank sentral menunjukkan aliran modal asing (capital inflow) menembus angka Rp74,4 triliun. Kontribusi terbesar berasal dari pembelian Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp62 triliun dan saham (equity) Rp11,9 triliun. Penguatan aliran modal asing ke Indonesia tidak terlepas dari kebijakan Federal Reserve dan ECB dan ketidakpastian dan risiko negara berkembang yang menurun.

Kecenderungan capital inflow sejak tiga bulan pertama tahun ini membuat pihak bank sentral semakin optimistis aliran modal asing bakal membanjiri pasar keuangan dalam negeri pascapemilu. Dari sisi eksternal, selain kebijakan Federal Reserve semakin longgar, perundingan perang dagang antara Amerika Serikat dan China sudah mengarah pada titik temu yang diinginkan kedua pihak. Adapun faktor internal terlihat dari defisit transaksi berjalan yang diprediksi akan lebih terkontrol. 

Meski terindikasi prospek ekonomi nasional pascapemilu meng­arah pada kinerja positif, jangan sampai kita lengah karena masih ada tahapan pemilu yang harus dilewati, sebagai puncak dari pelaksanaan pemilu, yakni penentuan pemenang pasangan calon presiden dan wakil presiden.Siapa pun terpilih kelak untuk memimpin negeri ini lima tahun ke depan, semua pihak harus legawa untuk me­nerimanya. Kita berharap kinerja perekonomian nasional yang membaik jangan sampai terganggu oleh pergantian pucuk pimpinan tertinggi di negeri ini.

Demikianlah penjelasan saya mengenai kondisi investasi di Indonesia pasca pemilu pilpres dan pileg 17 April 2019 lalu. Mohon maaf jika ada kesalahan, terimakasih sudah membaca blog saya dan sampai ketemu di blog saya selanjutnya.

Daftar Pustaka




1 komentar:

  1. ayo segera bergabung dengan kami hanya dengan minimal deposit 20.000
    dapatkan bonus rollingan dana refferal ditunggu apa lagi
    segera bergabung dengan kami di i*o*n*n*q*q

    BalasHapus