Hallo,
kembali lagi di blog saya. Pada blog kali ini, saya ingin membahas mengenai
kondisi investasi di Indonesia pasca pemilu 2019, berikut pembahasannya.
Hajatan
politik akbar Pemilihan Umum (Pemilu) Serentak 2019 telah digelar pada Rabu 17
April lalu. Masyarakat menyambutnya dengan suka cita, atau lebih tepatnya
euforia. Di sejumlah tempat di luar negeri, pemilu yang dilakukan lebih awal
diwarnai antusiasme yang luar biasa. Pemilih membeludak, antrean mengular.
Beberapa insiden kecil kericuhan dilaporkan terjadi di sejumlah Tempat
Pemungutan Suara (TPS) di luar negeri.
Di
dalam negeri, euforia publik menyambut pemilu lebih dahsyat lagi. Sehari jelang
hari pencoblosan, para perantau mudik ke kampung asal untuk memberikan suara.
Terminal, bandara, pelabuhan mengalami lonjakan penumpang. Namun, keriuhan yang
sebenarnya justru terjadi di media sosial. Tiga hari masa tenang pascamasa
kampanye justru menjadi masa paling panas dalam seluruh tahapan pemilu.
Perang
opini warganet yang sudah terjadi selama kurang lebih empat setengah tahun
belakangan menemui titik kulminasinya. Saling serang tidak hanya terjadi
antarpara pendukung pasangan calon presiden, namun juga melibatkan
"golongan putih" (golput) yang seolah menemukan momentumnya untuk
menunjukkan eksistensinya di kancah politik elektoral nasional.
Bagaimana prospek ekonomi Indonesia
setelah Pemilu 2019? Meski masih
meraba-raba, pemerintah yakin kondisi perekonomian bakal lebih baik menyusul
sukses penyelenggaraan Pemilu 2019. Pelaksanaan pemilihan presiden (pilpres)
dan pemilihan legislatif (pileg) yang berjalan aman tanpa gangguan berarti
membuat investor melangkah lebih aman. Meski demikian, tahapan pemilu terutama
pilpres, masih menunggu hasil akhir, yakni hitung manual secara berjenjang oleh
Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang akan menetapkan siapa yang jadi
pemenang.
Gelagat
arah membaiknya perekonomian nasional pascapemilu memang mulai berembus,
dimulai dari sukses penyelenggaraan pemilu yang memenuhi ekspektasi pasar.
Lalu, diperkuat oleh data neraca perdagangan yang menunjukkan kinerja positif
sejak awal bulan. Begitu pun perkembangan kurs rupiah yang telah menguat
sekitar 1% antara 1 hingga 23 April lalu. Untuk tahun ini pemerintah
menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,3% dan sekitar 5,3% hingga 5,6% untuk tahun
depan.
Melihat
sejumlah indikator atau gelagat perkembangan ekonomi yang positif sebelum
Pemilu 2019, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, wajar
merasa optimistis bahwa para investor tidak lagi wait and
see menanamkan modal di Indonesia pascapemilu yang berjalan aman. Karena
itu, mantan gubernur Bank Indonesia (BI) itu berharap tahapan pemilu yang bakal
memuncak pada 22 Mei mendatang atau pengumuman hasil real count KPU
bisa berjalan aman, siapa pun kelak yang dikehendaki masyarakat untuk memimpin
Indonesia.
Adapun
perkembangan realisasi investasi di Indonesia mencapai Rp721,3 triliun
sepanjang tahun lalu. Meski realisasi investasi mencatat kenaikan sekitar 4,1%
dibanding periode yang sama 2017, itu belum menembus target realisasi Rp765
triliun. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) realisasi
investasi penanaman modal asing (PMA) 2018 tercatat sebesar Rp392,7 triliun
atau turun sekitar 8,8% dibanding periode 2017.
Sebaliknya,
realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) tembus Rp328,6 triliun atau naik
25,3% dibanding periode 2017. Sementara itu, tenaga kerja yang terserap
sepanjang 2018 mencapai 960.052 orang, terdiri atas PMDN 469.684 tenaga kerja
dan PMA 225.239 tenaga kerja.
Sejumlah
penyebab realisasi investasi tidak memenuhi target, di antaranya kurangnya
eksekusi implementasi kebijakan hingga transisi perizinan sistem online single
submission (OS). Walau
target realisasi investasi tahun lalu tidak terwujud, pihak BKPM optimistis
meraih target investasi sebesar Rp792,3 triliun pada tahun ini. Melemahnya
realisasi investasi terutama dari PMA tak terlepas dari kondisi perekonomian
global, di mana Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve) dan European
Central Bank (ECB) memberlakukan pengetatan kebijakan moneter yang menyebabkan
arus modal memilih masuk ke negara berkembang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
berpeluang menguat 10-12% ke level 6.800-6.900 pada akhir 2019. Arus modal
asing pun akan semakin deras masuk ke bursa.
Dampak
pemilu terhadap pasar modal tahun ini tidak sekuat pemilu-pemilu sebelumnya
yang dilaksanakan sejak era reformasi. Hal ini disebabkan oleh berakhirnya era
super commodity booming yang memicu defisit neraca berjalan selama lima tahun
terakhir. Ketika harga komoditas melonjak, Indonesia meraup devisa yang
melimpah dari hasil ekspor komoditas sehingga menopang surplus neraca berjalan.
Hasil penjualan komoditas ini juga memperkuat daya beli masyarakat. Kondisi ini
tercermin pada peningkatan uang beredar (M1) yang kemudian digunakan untuk
membeli kendaraan bermotor, properti, semen, dan lain-lain yang berdampak pada
peningkatan laba emiten. Tidak mengherankan jika Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) melambung naik setiap tahun pemilu.
Pemilu
kali ini ditandai dengan pelemahan pertumbuhan M1 yang sejalan dengan defisit
neraca berjalan yang berisiko membatasi kenaikan IHSG ada lima faktor utama
yang dicermati dalam kondisi normal dengan singkatan ELVIS.
Faktor
pertama adalah pendapatan (earning) emiten untuk menarik investor masuk ke
saham tersebut. Kedua adalah likuiditas (liquidity), khususnya arus modal masuk
dari luar negeri. Ketiga adalah faktor valuasi (valuation), misalnya berdasarkan
price earning ratio (PER). Keempat, faktor suku bunga (interest rate) terutama
suku bunga acuan dari bank sentral. Kelima, faktor sentimen (sentiment) yang
diukur berdasarkan angka credit default swap (CDS) Indonesia.
Sentimen
menjadi faktor utama di pasar modal, terutama ketika terjadi perubahan drastis
kebijakan The Fed yang mengakhiri pengetatan likuiditas dan berakhirnya
stimulus pajak Presiden Donald Trump. Dampaknya, arus modal asing kembali masuk
ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Sejak awal tahun ini, arus
modal asing yang masuk ke pasar obligasi mencapai US$ 6 miliar atau sekitar Rp
84 triliun. Adapun dana asing yang masuk ke pasar saham mencapai Rp 15,21
triliun. Angka CDS yang cenderung menurun juga menunjukkan kepercayaan investor
asing bahwa risiko gagal bayar utang Indonesia rendah. Ada peluang Bank
Indonesia bakal melonggarkan likuiditas termasuk melalui penurunan suku bunga
bila The Fed tidak lagi menaikkan bunga, sementara penyaluran kredit masih
belum memuaskan.
Arus
Modal Asing Lebih Besar di Pasar Obligasi. Berdasarkan indikator SLIVE, alokasi
arus modal asing di pasar surat berharga negara (SBN) akan lebih besar
ketimbang di pasar modal. Investor asing memanfaatkan imbal hasil SBN yang
relatif tinggi sejalan dengan penurunan imbal hasil treasury bond dan peluang
penguatan rupiah hingga akhir tahun. Hal ini akan terwujud jika pemerintah
mampu memacu kinerja ekspor manufaktur dan pariwisata sebagai mesin penghasil
valas selain komoditas primer. Imbal hasil saham tahun ini sejalan dengan
pertumbuhan laba perusahaan sebesar 10-12%. Alhasil, IHSG berpeluang ditutup di
level 6.800-6.900 pada akhir 2019. Imbal hasil investasi di saham ini lebih
tinggi dibandingkan dengan inflasi yang diproyeksikan sekitar 3-4%.
Hasil
Hitung Cepat Sesuai Ekspektasi Pelaku Pasar Hasil hitung cepat (quick count)
yang dilakukan sejumlah lembaga survei menunjukkan pasangan calon (paslon) 01
Joko Widodo-Ma'ruf Amin unggul dari paslon 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Beberapa sekuritas menyebut hasil hitung cepat ini sesuai dengan ekspektasi
pasar. Dengan menguasai mayoritas kursi di parlemen, pemerintahan baru akan
lebih efektif dan lebih mudah mendapatkan persetujuan dari DPR.
Pasca-pemilu,
diprediksi arus modal asing akan semakin kencang masuk ke pasar modal
Indonesia. Hingga pertengahan April 2019, Indonesia mencatat arus modal asing
terbesar kedua di pasar saham negara-negara berkembang, yakni sebesar US$ 1
miliar atau sekitar Rp 14 triliun. Ketidakpastian kondisi politik di Indonesia
diprediksi berakhir setelah KPU mengumumkan pemenang Pilpres pada 22 Mei
mendatang. Indikator lainnya adalah penguatan nilai tukar rupiah sebesar 2,1%
sejak awal tahun ini.
Kebijakan
The Fed yang mempertahankan suku bunga acuannya akan mendorong arus modal asing
masuk sehingga rupiah berpeluang menguat ke level Rp 13.920 per dolar AS pada
akhir 2019. Hasil hitung cepat dari sembilan lembaga survei menunjukkan Jokowi
unggul atas Prabowo dengan selisih 8,24%-11,2%. Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf
mencapai 54,12%-55,6% sedangkan Prabowo-Sandi mencapai 44,4%-45,8%. Pasca
pengumuman hitung cepat, Prabowo mendeklarasikan kemenangannya dalam Pilpres
2019 berdasarkan hasil hitung nyata internal dengan 62% suara. Hasil hitung
nyata resmi dari KPU yang menjadi penentu akan diumumkan paling lambat pada 22
Mei 2019. Hasil hitung cepat disambut positif oleh para pelaku pasar dengan
kenaikan IHSG sebesar 0,4% ke level 6.507,22 poin.
Berlanjutnya
pemerintahan Jokowi memberikan kepastian terhadap kebijakan pemerintah di
bidang infrastruktur, kesehatan, pendidikan, dan dana bantuan sosial. Kemenangan
Jokowi dalam beberapa hasil quick count akan memperkuat level kepercayaan
terhadap pasar saham Indonesia, akan semakin banyak dana asing yang masuk dan
menarik investor domestik yang semula berhati-hati.
Arus
masuk dana asing ke pasar saham dan obligasi akan mendukung penguatan nilai
tukar rupiah terhadap dolar AS. Prospek defisit neraca berjalan akan membaik
dan memperbesar peluang bagi BI untuk memangkas suku bunga acuannya.
Saham-saham
yang layak dikoleksi pasca-pemilu adalah saham emiten konstruksi dan semen,
seperti:
1. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)
2. PT Waskita Karya Tbk (WSKT)
3. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR).
Saham-saham
yang akan terdongkrak menjelang Lebaran adalah :
1. Saham PT Astra International Tbk (ASII)
2. PT Indofood CBP Tbk (ICBP)
3. PT HM Sampoerna Tbk (HMSP).
Adapun
saham-saham yang sensitif terhadap suku bunga adalah saham bank dan properti,
seperti
1. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI)
2. PT Ciputra Development Tbk (CTRA).
Sementara
itu, Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan saham emiten retail, perbankan, dan
konstruksi. Saham-saham yang menjadi pilihannya adalah :
1. PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS)
2. PT Ace Hardware Tbk (ACES)
3. BBNI
4. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)
5. PT PP Tbk (PTPP)
6. dan WIKA
Bagaimana dengan aliran modal
asing? Pihak BI mencatat
kecenderungan aliran modal asing terus meningkat. Sepanjang triwulan pertama
2019, data bank sentral menunjukkan aliran modal asing (capital inflow)
menembus angka Rp74,4 triliun. Kontribusi terbesar berasal dari pembelian Surat
Berharga Negara (SBN) sebesar Rp62 triliun dan saham (equity) Rp11,9 triliun.
Penguatan aliran modal asing ke Indonesia tidak terlepas dari kebijakan Federal
Reserve dan ECB dan ketidakpastian dan risiko negara berkembang yang menurun.
Kecenderungan
capital inflow sejak tiga bulan pertama tahun ini membuat pihak bank sentral
semakin optimistis aliran modal asing bakal membanjiri pasar keuangan dalam
negeri pascapemilu. Dari sisi eksternal, selain kebijakan Federal Reserve
semakin longgar, perundingan perang dagang antara Amerika Serikat dan China
sudah mengarah pada titik temu yang diinginkan kedua pihak. Adapun faktor
internal terlihat dari defisit transaksi berjalan yang diprediksi akan lebih
terkontrol.
Meski
terindikasi prospek ekonomi nasional pascapemilu mengarah pada kinerja
positif, jangan sampai kita lengah karena masih ada tahapan pemilu yang harus
dilewati, sebagai puncak dari pelaksanaan pemilu, yakni penentuan pemenang
pasangan calon presiden dan wakil presiden.Siapa pun terpilih kelak untuk
memimpin negeri ini lima tahun ke depan, semua pihak harus legawa untuk menerimanya.
Kita berharap kinerja perekonomian nasional yang membaik jangan sampai
terganggu oleh pergantian pucuk pimpinan tertinggi di negeri ini.
Demikianlah
penjelasan saya mengenai kondisi investasi di Indonesia pasca pemilu pilpres
dan pileg 17 April 2019 lalu. Mohon maaf jika ada kesalahan, terimakasih sudah
membaca blog saya dan sampai ketemu di blog saya selanjutnya.
Daftar Pustaka
https://news.detik.com/kolom/d-4519649/setelah-pemilu-2019-rekonsiliasi-atau-kembali-polarisasi
https://katadata.co.id/berita/2019/04/23/menentukan-arah-investasi-pasca-pemilu-2019
https://nasional.sindonews.com/read/1399312/16/prospek-ekonomi-pasca-pemilu-2019-1556302126
https://market.bisnis.com/read/20190425/7/915439/sepekan-berlalu-bagaimana-efek-pemilu-terhadap-kondisi-pasar-modal-saat-ini
https://katadata.co.id/berita/2019/04/23/menentukan-arah-investasi-pasca-pemilu-2019
https://nasional.sindonews.com/read/1399312/16/prospek-ekonomi-pasca-pemilu-2019-1556302126
https://market.bisnis.com/read/20190425/7/915439/sepekan-berlalu-bagaimana-efek-pemilu-terhadap-kondisi-pasar-modal-saat-ini
ayo segera bergabung dengan kami hanya dengan minimal deposit 20.000
BalasHapusdapatkan bonus rollingan dana refferal ditunggu apa lagi
segera bergabung dengan kami di i*o*n*n*q*q